Rabu, 04 Juli 2012

Cara Jitu Cegah Penyakit


Setiap orang  tua menginginkan anaknya sehat. Anak yang sehat dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal sehingga menjadi generasi penerus yang sehat. Penyakit infeksi, yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, maupun parasit,  merupakan sumber penyakit yang membahayakan. Pada tahun 2002, penyakit infeksi menghabiskan anggaran hingga $120 miliar dan menimbulkan lebih dari 160.000 kematian di Amerika serikat.


Cara pencegahan penyakit infeksi yang telah banyak kita dengar adalah imunisasi. Dengan mengikuti jadwal imunisasi kita bukan hanya melindungi tubuh si kecil namun juga lingkungan sekitar dari penularan penyakit infeksi.

Selain imunisasi, sebenarnya banyak hal mudah dan sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit infeksi. Menjaga kebersihan tangan adalah salah satu cara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit. Mencuci tangan menghilangkan mikroorganisme yang didapat dari lingkungan sekitar seperti orang lain, permukaan benda yang kita sentuh, hingga binatang.

Dalam suatu penelitian yang dilakukan di tempat penitipan anak, kebiasaan mencuci tangan dapat menurunkan angka kejadian diare serta infeksi saluran pernapasan atas hingga 25%.  Satu hal yang harus diingat ialah: Mencuci tangan yang efektif ialah menggunakan sabun dan air atau jika tidak tersedia dapat menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol.

Selain tangan, kita juga harus menjaga kebersihan peralatan rumah tangga di rumah. Salah satu yang tak boleh terlewatkan adalah membersihkan piranti makan buah hati Anda, seperti botol susu, piring makan, sendok,  dan gelas. Pilih pembersih yang tepat agar seluruh kotoran dapat tersapu dengan baik. Hindari menggunakan wadah/talenan yang sama untuk makanan matang dan mentah.

Pada beberapa ruangan seperti dapur dan kamar mandi terkadang tidak cukup dibersihkan menggunakan sabun namun perlu dilakukan disinfeksi (membunuh kuman) menggunakan disinfektan. Hal ini terutama penting bila seseorang menderita diare, selesma atau influenza.

Bagi mereka yang menyukai binatang, binatang peliharaan sebaiknya diperiksakan ke dokter hewan secara berkala serta mendapatkan imunisasi sesuai ketentuan sehingga tidak menularkan penyakit terkait binatang. Binatang liar sebaiknya dihindari karena dapat menjadi perantara untuk penularan penyakit.
Lindungi si kecil dan seluruh keluarga dengan menjaga kebersihan rumah serta piranti makan sebagai suatu rutinitas rutin di keluarga Anda.

Pastikan kebersihan piranti makan si kecil :

  • Sebelum menggunakan botol susu/piring makan/gelas/ sendok si kecil pastikan kondisinya dalam keadaan bersih dan kering.
  • Sesudah digunakan, bilas dengan air bersih, pilih pembersih yang aman (bebas) zat kimia dan bahan lain yang membahayakan. Bersihkan sampai sudut-sudut yang seringkali sulit dibersihkan. Bilas kembali dengan air bersih.
  • Keringkan dengan alat atau biarkan kering dengan sendirinya.
  • Simpan di tempat yang kering dalam keadaan tertutup


Referensi :
http://www.cdc.gov/
Roberts L, Smith W, Jorm L, Patel M, Douglas RM, McGilchrist. Effect of Infection Control Measures on the Frequency of Upper Respiratory Infection in Child Care: A Randomized, Controlled Trial. Pediatrics. 2000; 105; 738-42

Selasa, 03 Juli 2012

Anemia Pada Anak Indonesia

anak anemia
Anemia adalah keadaan yang menunjukkan kadar hemoglobin (Hb) seseorang lebih rendah dari kadar hemoglobin normal. Di Indonesia anemia terjadi akibat kekurangan nutrien (terutama zat besi), di samping protein dan mineral lain, seperti mangan, cuprum, seng, dan lain-lain. Zat-zat tersebut diperlukan untuk pembentukan hemoglobin dalam tubuh kita. Keadaan anemia menyebabkan kapasitas pengangkutan oksigen oleh sel darah merah menurun.

Bila menemukan anak dengan anemia, maka penting untuk menentukan apakah disertai kelainan atau gangguan pada leukosit dan trombosit. Bila anemia disertai kelainan leukosit dan trombosit maka keadaan ini umumnya berhubungan dengan sumsum tulang (seperti pada leukimia, anemia aplastik) atau penyakit imunologis (AIDS dan SLE).

Usia eritrosit normal adalah 120 hari, setelah itu musnah dari sirkulasi. Pada kondisi normal, kehilangan/penghancuran eritrosit diimbangi dengan proses pembentukan eritrosis. Sebaliknya  pada anemia, terjadi ketidakseimbangan antara pembentukan eritrosit dengan proses hemolisis dan/atau perdarahan.

Kriteria anemia menurut WHO:

Usia                                                     Kadar Hb (g/dL)
6 bulan – < 5 tahun                              <11
> 5 – 14 tahun                                     <12
perempuan sehat                                 <12
perempuan hamil                                <11
lelaki dewasa                                       <13

Pada anak berdasarkan gangguan fungsional secara umum anemia dapat dibagi menjadi 3 kategori besar:
A. Gangguan pembentukan sel eritrosit

  1. Kegagalan sumsum tulang, disebabkan oleh anemia aplastik, keganasan, osteopetrosis, dll.
  2. Kegagalan produksi eritropoietin, disebabkan penyakit gagal ginjal kronik, hipotiroid, malnutrisi protein, dll.
  3. Gangguan pematangan sel eritrosit akibat defisiensi zat besi, thalasemia, keracunan logam, dll
  4. Gangguan pematangan sel inti karena defisiensi vitamin B12, asam folat, dll

B. Kehilangan darah akibat perdarahan (akut dan kronik)
C. Proses penghancuran sel eritrosit (hemolitik) akibat kelainan Hb, penurunan produksi globin karena thalasemia, kelainan dinding sel darah merah, kelainan sel darah merah, infeksi, dll.

Anemia kah anak saya ?

Anak anemia jarang memperlihatkan gejala dan tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisisnya sampai nilai hematokrit kurang dari 25%. Penilaian pucat sangat bervariasi terutama pada anak berkulit putih atau berkulit gelap. Pucat dapat dideteksi dengan memeriksa telapak tangan atau kaki serta kuku. Pemeriksaan fisis harus memperhatikan 3 tanda gejala utama, yaitu pucat atau anemia, perdarahan, dan pembesaran organ hati, limpa serta pembesaran kelenjar getah bening. Pemeriksaan standar yang dibutuhkan adalah pemeriksaan darah tepi lengkap.

Jika tidak tertangani dengan baik, anemia dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan. Sheriff dkk menganjurkan agar skrining defisiensi besi dilakukan sebelum umur 8 bulan, karena anemia pada umur 8 bulan mengakibatkan keterlambatan perkembangan pada umur 18 bulan. Sebaiknya skrining dilakukan sebelum usia 6 bulan.

Anemia dan kecerdasan

Menurut McCann dan Ames (2007) lebih dari 40 laporan penelitian anak dan remaja dengan anemia (>60% pada usia <2 tahun) menyimpulkan bahwa anemia pada umur <2 tahun maupun >2 tahun mengakibatkan rendahnya kemampuan kognitif dan gangguan perilaku anak.

Metallinos-Katsaras dkk (2004) memberikan 15mg besi setiap hari selama 2 bulan pada 21 anak anemia umur 3-4 tahun dan plasebo pada 28 anak dengan besi cukup. Setelah 2 bulan pada anak anemia terlihat peningkatan bermakna pada penurunan kesalahan, peningkatan ketepatan, dan lebih efisien.
Anakku.net by Dr. Endang Windiastuti, SpA(K) - Divisi Hematologi-Onkologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM

Senin, 02 Juli 2012

Demam Berdarah Saat Hamil


Jika demam berdarah disaat hamil, apa yang harus dilakukan ?
Penyakit ini disebabkan oleh suatu virus yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan. 
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti.

Manifestasi penyakit
Sesudah inkubasi selama 3-15 hari orang yang tertular dapat mengalami/menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini, yaitu :
1. Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
2. Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 – 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
3. Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung, mulut, dubur dsb.
4. Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok pada bentuk ini sering terjadi kematian.

Kenali gejala DB
Penyakit DBD didiagnosis berdasarkan kriteria WHO 1986, meliputi :
Kriteria klinis : demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas terus menerus 2-7 hari, manifestasi perdarahan, pembesaran hati, syok / kegagalan sirkulasi (peredaran cairan tubuh) dan perfusi (resapan cairan)
Kriteria laboratoris : trombositopenia <100.000 ( kadar trombosit menurun), hemokonsentrasi/peningkatan ht >=40% (Pengentalan darah)
DBD didiagnosis bila terdapat minimal 2 tanda klinis, trombositopenia & hemokonsentrasi.

Demam berdarah pada kehamilan
Kehamilan tidak mempengaruhi perjalanan klinis DBD. Penyakit ini hampir tidak pernah mengakibatkan kelainan kongenital, tetapi kematian janin mungkin terjadi. Pada pasien hamil , tergantung usia kehamilan, untuk kehamilan dengan risiko tinggi perdarahan (misal plasenta previa), infeksi DBD dengan trombositopenia menambah risiko perdarahan. Demikian pula terdapat kenaikan risiko perdarahan dan anemia postpartum. Sedangkan untuk kehamilan trimester pertama, dapat ber resiko terjadinya keguguran (abortus).

Tansmisi vertikal virus dengue, meskipun jarang, telah dilaporkan. Keadaan ini umumnya terjadi bila infeksi dengue terjadi menjelang kelahiran dan mengakibatkan bayi baru lahir mengalami kondisi klinis seperti DBD pada umumnya.

Harus banyak minum
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.

Pengobatan terhadap penyakit ini secara umum sama saja antara wanita hamil dan pasien yang tidak hamil, terutama ditujukan untuk mengatasi perdarahan, mencegah/mengatasi keadaan syok / presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infus.
Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin, atau pemberian antipiretika.

Tidak perlu antibiotika
Tindakan pencegahan DBD meliputi menghindari gigitan nyamuk, fogging fokus, abatisasi, dan pemberantasan sarang nyamuk. Penderita harus disarankan banyak minum air, menghindari pemakaian salisilat atau obat anti inflamasi non steroid lain (misal ibuprofen). Panas badan dapat dicoba diatasi dengan kompres dan bila diperlukan dengan parasetamol. Antibiotika pada dasarnya tidak perlu diberikan. Pasien perlu mendapat perhatian saat panas mulai turun, atau bila ada keluhan nyeri perut, mual dan muntah.

Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk di sepanjang siang hari (pagi sampai sore) karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan menghindari berada di lokasi-lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Bila memang sangat perlu untuk berada di tempat tersebut kenakan pakaian yang lebih tertutup, celana panjang dan kemeja lengan panjang misalnya. Gunakan cairan/krim anti nyamuk (mosquito repellant) yang banyak dijual di toko-toko, pada bagian badan yang tidak tertutup pakaian.

Awasi lingkungan di dalam rumah dan di halaman rumah. Buang atau timbun benda-benda tak berguna yang menampung air, atau simpan sedemikian rupa sehingga tidak menampung air. Taburkan serbuk abate (yang dapat dibeli di apotik) pada bak mandi dan tempat penampung air lainnya, juga pada parit / selokan di dalam dan di sekitar rumah, terutama bila selokan itu airnya tidak / kurang mengalir. Kolam/akuarium jangan dibiarkan kosong tanpa ikan, isilah dengan ikan pemakan jentik nyamuk. Semprotlah bagian-bagian rumah dan halaman yang merupakan tempat berkeliarannya nyamuk, dengan obat semprot nyamuk (yang banyak dijual di toko-toko). Bila tampak nyamuk berkeliaran di pagi/siang/sore hari.

Bila ada salah seorang penghuni yang positif atau diduga menderita DBD, segera semprotlah seluruh bagian rumah dan halaman dengan obat semprot nyamuk di pagi, siang dan sore hari, sekalipun penderita tersebut sudah dirawat di rumah sakit. Hubungi PUSKESMAS setempat untuk meminta fogging di rumah-rumah di lingkungan setempat.

Pencegahan secara massal di lingkungan setempat dengan bekerja sama dengan RT/RW/Kelurahan dengan PUSKESMAS setempat dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), Fogging, atau memutuskan mata rantai pembiakan Aedes aegypti dengan Abatisasi.

Referensi:
Penyakit infeksi sistemik pada kehamilan, segi praktis pengenalan dan penatalaksanaannya; http://pkusolo. Wordspress.com. Nop 2007.
Hendarwanto, Dengue. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1 ed3, 1997. 417-434.
Source: AnakKu.net by Dr. Arju Anita, SpOG - RSIA Hermina Depok

Minggu, 01 Juli 2012

Tahi Lalat Berbahaya?


Apa sih tahi lalat itu?
Tahi lalat merupakan tumor jinak pada kulit yang paling umum dijumpai pada manusia. Kita jangan bingung dengan istilah tumor yang berasal dari bahasa Latin yang artinya "bengkak" atau benjolan. istilah ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologis jaringan yang tidak normal yang dapat bersifat jinak atau ganas (disebut kanker).

Sel pada tumor jinak tumbuh lambat karena itu biasanya tidak cepat membesar. Selain itu, tumor jinak mempunyai simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat) sehingga umumnya mudah dibuang dengan cara operasi, bila diperlukan. Berbeda dari kanker yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak teratur, berlebihan dan mampu mendesak/menyerang jaringan sehat sekitarnya, baik dengan cara invasi langsung di jaringan yang berdekatan maupun dengan migrasi sel kanker ke tempat yang jauh (dikenal sebagai metastasis/anak sebar).

Tahi lalat merupakan tumor yang berasal dari sel-sel melanosit, yakni sel penghasil pigmen kulit kita. Istilah medisnya 'nevus' yang juga berasal dari bahasa Latin untuk menggambarkan adanya bercak berpigmen pada kulit. Nevus umumnya muncul saat lahir atau segera setelah lahir, meski bisa juga muncul pada usia selanjutnya.

Tahi lalat bisa dibedakan berdasarkan ukurannya, warnanya, permukaannya, letak sel penyusunnya, bentuknya, batas tepinya maupun ada tidaknya penyakit lain yang menyertainya. Kebanyakan tahi lalat berwarna (disebut nevus pigmentosus) baik hitam, coklat, atau kebiruan. Tetapi ada juga tahi lalat yang tidak berwarna atau sewarna dengan kulit. Meskipun istilah tumor berarti 'benjolan' tetapi tidak semua tahi lalat merupakan benjolan. Banyak juga tahi lalat yang tumbuh rata dengan permukaan kulit.

Ditinjau dari permukaannya, ada tahi lalat yang berambut dan ada yang tidak. Sedangkan berdasar letak selnya ada tiga jenis tahi lalat. Yang terletak di permukaan kulit disebut compound nevus. Yang masuk agak ke dalam dan terletak di antara kulit luar (kulit ari) dan kulit jangat (yakni lapisan kulit sebenarnya yang mengandung sel-sel yang tumbuh) disebut junction nevus. Ada juga tahi lalat yang tidak terlihat, karena terletak di bawah lapisan jangat yang disebut intradermal nevus. Dilihat dari ukurannya (diameter terpanjang) jenis tahi lalat bervariasi dari yang kecil (< 1,5 cm); sedang (antara 1,5 cm – 19,9 cm) sampai yang  besar (>20 cm) yang dikenal sebagai tahi lalat raksasa atau Giant nevus. Dikatakan tahi lalat kecil dijumpai pada 1 dari 100 kelahiran, ukuran sedang pada 6 dari 1000 kelahiran dan bentuk raksasa pada 1 dari 20.000 kelahiran.

Apakah tahi lalat berbahaya?
Tahi lalat secara umum sebetulnya merupakan tanda lahir yang tidak berbahaya dan biasanya kalaupun ada, hanya menimbulkan keluhan kosmetis saja. Tetapi meski tak terlalu sering, tahi lalat dapat pula pada suatu waktu, berubah menjadi kanker(keganasan) yang disebut melanoma maligna, sehingga pengenalan dini gejala perubahan ini wajib diketahui.

Kapan tahi lalat harus diwaspadai?
Beberapa kriteria suatu tahi lalat beranjak menjadi ganas antara lain ialah ukuran bertambah besar dengan cepat, terjadi perubahan warna sehingga warnanya tidak homogen, bentuk dan batas tepinya menjadi tidak beraturan lagi, jaringan kulit di sekitarnya meradang kemerahan, adanya rasa gatal dan perih karena timbul luka.

Jika hal semacam tersebut dialami, apalagi kalau kemudian tahi lalat itu mudah berdarah, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter kulit atau bedah supaya dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Salah satu pemicu perubahan menjadi ganas ialah iritasi atau trauma berulang pada tahi lalat seperti sering tertekan, dipencet, digaruk atau tergesek baik sengaja maupun tanpa sengaja (itu sebabnya hati-hati pada tahi lalat di bawah kuku, di telapak kaki dsb). Ditinjau dari ukurannya menjadi penting karena sekitar 10-15% giant nevus dapat berkembang menjadi ganas. Sedangkan berdasar tipenya, yang sering berubah sifat ialah bentuk junction nevus.

Perubahan ini bisa jadi tak berbahaya dan hanya sebagai perubahan biasa, tetapi bisa juga merupakan tanda keganasan. Berdasar derajat keganasannya, melanoma maligna termasuk kanker yang sangat ganas. Ukuran kankernya mungkin kecil, tapi anak sebarnya bisa ke mana-mana.

Apakah harus dibuang?
Tahi lalat sebaiknya dibuang jika dicurigai terjadi perubahan ke arah keganasan. Satu-satunya jalan untuk menghilangkan tahi lalat adalah dengan operasi. Meski demikian, ada kalanya seseorang minta tahi lalatnya diangkat hanya karena alasan kosmetis atau karena kepercayaan saja. Misalnya, tahi lalat di bawah mata dianggap kurang bagus karena pemiliknya sering menangis. Atau tahi lalat di tengkuk tidak bagus, karena merupakan tanda beban hidup.


Yang harus diketahui, operasi harus dilakukan oleh dokter ahlinya, agar dapat diangkat seakar-akarnya. Pilihan tindakannya dapat dengan bedah pisau atau bedah laser. Tindakan bedah listrik (kauterisasi) sangat tidak dianjurkan karena yang terbuang hanya bagian luarnya, sementara bagian dalamnya mungkin justru dapat berkembang menjadi kanker. Demikian pula dengan pengolesan kapur atau bahan lainnya, yang dikhawatirkan akan menimbulkan trauma sebagai pemicu perubahan ke arah keganasan.

Tips :
a. Perubahan tahi lalat yang perlu diketahui (dikenal dengan singkatan ABCDE supaya mudah diingat)
1. Asymmetry bentuk menjadi tidak simetris.
2. Border yakni tepi/batas tahi lalat yang tidak tegas dan tidak beraturan
3. Color yakni warna tahi lalat yang tidak homogen
4. Diameter yakni ukuran yang besar (giant nevi) atau tahi lalat yang cepat membesar (walaupun ada juga melanoma yang kecil tapi sangat berbahaya)
5. Elevation adanya penonjolan yakni bila semula tahi lalat datar tiba-tiba menjadi timbul atau menyembul dari permukaan kulit.

b. Pastikan bahwa kalau terjadi perubahan tahi lalat dari keadaan biasanya, atau kapanpun ada keraguan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter anda.

Referensi :
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed. 4. Jakarta, FKUI, 2005.
Harper J, Oranje A, Prose N. Textbook of Pediatric Dermatology, 2nd ed. Oxford: Blackwell Publishing Ltd; 2006
Steen CJ.  Congenital Nevi. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1118659-overview. April 24, 2009.
Pearson GD,  Gomuwka PK. Skin, Congenital Hairy Nevi. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/ article/1295033-overview. Aug 14, 2008.
Source: AnakKu.com by Dr. Ari Muhandari Ardhie, SpKK - Spesialis Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.