Selasa, 03 Juli 2012

Anemia Pada Anak Indonesia

anak anemia
Anemia adalah keadaan yang menunjukkan kadar hemoglobin (Hb) seseorang lebih rendah dari kadar hemoglobin normal. Di Indonesia anemia terjadi akibat kekurangan nutrien (terutama zat besi), di samping protein dan mineral lain, seperti mangan, cuprum, seng, dan lain-lain. Zat-zat tersebut diperlukan untuk pembentukan hemoglobin dalam tubuh kita. Keadaan anemia menyebabkan kapasitas pengangkutan oksigen oleh sel darah merah menurun.

Bila menemukan anak dengan anemia, maka penting untuk menentukan apakah disertai kelainan atau gangguan pada leukosit dan trombosit. Bila anemia disertai kelainan leukosit dan trombosit maka keadaan ini umumnya berhubungan dengan sumsum tulang (seperti pada leukimia, anemia aplastik) atau penyakit imunologis (AIDS dan SLE).

Usia eritrosit normal adalah 120 hari, setelah itu musnah dari sirkulasi. Pada kondisi normal, kehilangan/penghancuran eritrosit diimbangi dengan proses pembentukan eritrosis. Sebaliknya  pada anemia, terjadi ketidakseimbangan antara pembentukan eritrosit dengan proses hemolisis dan/atau perdarahan.

Kriteria anemia menurut WHO:

Usia                                                     Kadar Hb (g/dL)
6 bulan – < 5 tahun                              <11
> 5 – 14 tahun                                     <12
perempuan sehat                                 <12
perempuan hamil                                <11
lelaki dewasa                                       <13

Pada anak berdasarkan gangguan fungsional secara umum anemia dapat dibagi menjadi 3 kategori besar:
A. Gangguan pembentukan sel eritrosit

  1. Kegagalan sumsum tulang, disebabkan oleh anemia aplastik, keganasan, osteopetrosis, dll.
  2. Kegagalan produksi eritropoietin, disebabkan penyakit gagal ginjal kronik, hipotiroid, malnutrisi protein, dll.
  3. Gangguan pematangan sel eritrosit akibat defisiensi zat besi, thalasemia, keracunan logam, dll
  4. Gangguan pematangan sel inti karena defisiensi vitamin B12, asam folat, dll

B. Kehilangan darah akibat perdarahan (akut dan kronik)
C. Proses penghancuran sel eritrosit (hemolitik) akibat kelainan Hb, penurunan produksi globin karena thalasemia, kelainan dinding sel darah merah, kelainan sel darah merah, infeksi, dll.

Anemia kah anak saya ?

Anak anemia jarang memperlihatkan gejala dan tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisisnya sampai nilai hematokrit kurang dari 25%. Penilaian pucat sangat bervariasi terutama pada anak berkulit putih atau berkulit gelap. Pucat dapat dideteksi dengan memeriksa telapak tangan atau kaki serta kuku. Pemeriksaan fisis harus memperhatikan 3 tanda gejala utama, yaitu pucat atau anemia, perdarahan, dan pembesaran organ hati, limpa serta pembesaran kelenjar getah bening. Pemeriksaan standar yang dibutuhkan adalah pemeriksaan darah tepi lengkap.

Jika tidak tertangani dengan baik, anemia dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan. Sheriff dkk menganjurkan agar skrining defisiensi besi dilakukan sebelum umur 8 bulan, karena anemia pada umur 8 bulan mengakibatkan keterlambatan perkembangan pada umur 18 bulan. Sebaiknya skrining dilakukan sebelum usia 6 bulan.

Anemia dan kecerdasan

Menurut McCann dan Ames (2007) lebih dari 40 laporan penelitian anak dan remaja dengan anemia (>60% pada usia <2 tahun) menyimpulkan bahwa anemia pada umur <2 tahun maupun >2 tahun mengakibatkan rendahnya kemampuan kognitif dan gangguan perilaku anak.

Metallinos-Katsaras dkk (2004) memberikan 15mg besi setiap hari selama 2 bulan pada 21 anak anemia umur 3-4 tahun dan plasebo pada 28 anak dengan besi cukup. Setelah 2 bulan pada anak anemia terlihat peningkatan bermakna pada penurunan kesalahan, peningkatan ketepatan, dan lebih efisien.
Anakku.net by Dr. Endang Windiastuti, SpA(K) - Divisi Hematologi-Onkologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM

0 komentar:

Posting Komentar