Minggu, 01 Juli 2012

Tahi Lalat Berbahaya?


Apa sih tahi lalat itu?
Tahi lalat merupakan tumor jinak pada kulit yang paling umum dijumpai pada manusia. Kita jangan bingung dengan istilah tumor yang berasal dari bahasa Latin yang artinya "bengkak" atau benjolan. istilah ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologis jaringan yang tidak normal yang dapat bersifat jinak atau ganas (disebut kanker).

Sel pada tumor jinak tumbuh lambat karena itu biasanya tidak cepat membesar. Selain itu, tumor jinak mempunyai simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat) sehingga umumnya mudah dibuang dengan cara operasi, bila diperlukan. Berbeda dari kanker yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak teratur, berlebihan dan mampu mendesak/menyerang jaringan sehat sekitarnya, baik dengan cara invasi langsung di jaringan yang berdekatan maupun dengan migrasi sel kanker ke tempat yang jauh (dikenal sebagai metastasis/anak sebar).

Tahi lalat merupakan tumor yang berasal dari sel-sel melanosit, yakni sel penghasil pigmen kulit kita. Istilah medisnya 'nevus' yang juga berasal dari bahasa Latin untuk menggambarkan adanya bercak berpigmen pada kulit. Nevus umumnya muncul saat lahir atau segera setelah lahir, meski bisa juga muncul pada usia selanjutnya.

Tahi lalat bisa dibedakan berdasarkan ukurannya, warnanya, permukaannya, letak sel penyusunnya, bentuknya, batas tepinya maupun ada tidaknya penyakit lain yang menyertainya. Kebanyakan tahi lalat berwarna (disebut nevus pigmentosus) baik hitam, coklat, atau kebiruan. Tetapi ada juga tahi lalat yang tidak berwarna atau sewarna dengan kulit. Meskipun istilah tumor berarti 'benjolan' tetapi tidak semua tahi lalat merupakan benjolan. Banyak juga tahi lalat yang tumbuh rata dengan permukaan kulit.

Ditinjau dari permukaannya, ada tahi lalat yang berambut dan ada yang tidak. Sedangkan berdasar letak selnya ada tiga jenis tahi lalat. Yang terletak di permukaan kulit disebut compound nevus. Yang masuk agak ke dalam dan terletak di antara kulit luar (kulit ari) dan kulit jangat (yakni lapisan kulit sebenarnya yang mengandung sel-sel yang tumbuh) disebut junction nevus. Ada juga tahi lalat yang tidak terlihat, karena terletak di bawah lapisan jangat yang disebut intradermal nevus. Dilihat dari ukurannya (diameter terpanjang) jenis tahi lalat bervariasi dari yang kecil (< 1,5 cm); sedang (antara 1,5 cm – 19,9 cm) sampai yang  besar (>20 cm) yang dikenal sebagai tahi lalat raksasa atau Giant nevus. Dikatakan tahi lalat kecil dijumpai pada 1 dari 100 kelahiran, ukuran sedang pada 6 dari 1000 kelahiran dan bentuk raksasa pada 1 dari 20.000 kelahiran.

Apakah tahi lalat berbahaya?
Tahi lalat secara umum sebetulnya merupakan tanda lahir yang tidak berbahaya dan biasanya kalaupun ada, hanya menimbulkan keluhan kosmetis saja. Tetapi meski tak terlalu sering, tahi lalat dapat pula pada suatu waktu, berubah menjadi kanker(keganasan) yang disebut melanoma maligna, sehingga pengenalan dini gejala perubahan ini wajib diketahui.

Kapan tahi lalat harus diwaspadai?
Beberapa kriteria suatu tahi lalat beranjak menjadi ganas antara lain ialah ukuran bertambah besar dengan cepat, terjadi perubahan warna sehingga warnanya tidak homogen, bentuk dan batas tepinya menjadi tidak beraturan lagi, jaringan kulit di sekitarnya meradang kemerahan, adanya rasa gatal dan perih karena timbul luka.

Jika hal semacam tersebut dialami, apalagi kalau kemudian tahi lalat itu mudah berdarah, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter kulit atau bedah supaya dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Salah satu pemicu perubahan menjadi ganas ialah iritasi atau trauma berulang pada tahi lalat seperti sering tertekan, dipencet, digaruk atau tergesek baik sengaja maupun tanpa sengaja (itu sebabnya hati-hati pada tahi lalat di bawah kuku, di telapak kaki dsb). Ditinjau dari ukurannya menjadi penting karena sekitar 10-15% giant nevus dapat berkembang menjadi ganas. Sedangkan berdasar tipenya, yang sering berubah sifat ialah bentuk junction nevus.

Perubahan ini bisa jadi tak berbahaya dan hanya sebagai perubahan biasa, tetapi bisa juga merupakan tanda keganasan. Berdasar derajat keganasannya, melanoma maligna termasuk kanker yang sangat ganas. Ukuran kankernya mungkin kecil, tapi anak sebarnya bisa ke mana-mana.

Apakah harus dibuang?
Tahi lalat sebaiknya dibuang jika dicurigai terjadi perubahan ke arah keganasan. Satu-satunya jalan untuk menghilangkan tahi lalat adalah dengan operasi. Meski demikian, ada kalanya seseorang minta tahi lalatnya diangkat hanya karena alasan kosmetis atau karena kepercayaan saja. Misalnya, tahi lalat di bawah mata dianggap kurang bagus karena pemiliknya sering menangis. Atau tahi lalat di tengkuk tidak bagus, karena merupakan tanda beban hidup.


Yang harus diketahui, operasi harus dilakukan oleh dokter ahlinya, agar dapat diangkat seakar-akarnya. Pilihan tindakannya dapat dengan bedah pisau atau bedah laser. Tindakan bedah listrik (kauterisasi) sangat tidak dianjurkan karena yang terbuang hanya bagian luarnya, sementara bagian dalamnya mungkin justru dapat berkembang menjadi kanker. Demikian pula dengan pengolesan kapur atau bahan lainnya, yang dikhawatirkan akan menimbulkan trauma sebagai pemicu perubahan ke arah keganasan.

Tips :
a. Perubahan tahi lalat yang perlu diketahui (dikenal dengan singkatan ABCDE supaya mudah diingat)
1. Asymmetry bentuk menjadi tidak simetris.
2. Border yakni tepi/batas tahi lalat yang tidak tegas dan tidak beraturan
3. Color yakni warna tahi lalat yang tidak homogen
4. Diameter yakni ukuran yang besar (giant nevi) atau tahi lalat yang cepat membesar (walaupun ada juga melanoma yang kecil tapi sangat berbahaya)
5. Elevation adanya penonjolan yakni bila semula tahi lalat datar tiba-tiba menjadi timbul atau menyembul dari permukaan kulit.

b. Pastikan bahwa kalau terjadi perubahan tahi lalat dari keadaan biasanya, atau kapanpun ada keraguan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter anda.

Referensi :
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed. 4. Jakarta, FKUI, 2005.
Harper J, Oranje A, Prose N. Textbook of Pediatric Dermatology, 2nd ed. Oxford: Blackwell Publishing Ltd; 2006
Steen CJ.  Congenital Nevi. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1118659-overview. April 24, 2009.
Pearson GD,  Gomuwka PK. Skin, Congenital Hairy Nevi. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/ article/1295033-overview. Aug 14, 2008.
Source: AnakKu.com by Dr. Ari Muhandari Ardhie, SpKK - Spesialis Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

0 komentar:

Posting Komentar