Jumat, 15 Juni 2012

Anak Pemakan Pasir Derita Gizi Buruk




Dua bersaudara, Rizki (8) dan Rio Jaya Saputra (4 tahun 7 bulan), warga miskin di Desa Olo, Nagari Sunur, Kecamatan Nan Sabaris, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, yang memiliki kebiasaan memakan pasir, ternyata mengalami gizi buruk.

"Gizi anak saya memang kurang karena kami kekurangan biaya untuk membeli makanan bergizi. Selain itu, entah kenapa kedua anak saya suka makan pasir," kata ibu dua bersaudara itu, Marnis, saat berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Pariaman, Selasa.

Pembantu pembuat tikar pandan itu mengemukakan, tidak sanggup memberikan makanan bergizi kepada anaknya, apalagi membawa ke rumah sakit, karena tidak memiliki jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas).
Bidan setempat yang melihat kondisi Rizki dan Rio langsung merujuknya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pariaman.
Dr Robert Simanjuntak, yang merawat dua bersaudara itu, menyatakan bahwa hasil diagnosa memperlihatkan pasiennya mengalami gizi buruk jenis Marasmic-kwarsiorkhor.
"Ini termasuk gizi buruk stadium berat, sangat kekurangan gizi, protein, dan energi," katanya.

Berdasarkan hasil laboratorium, kata Robert, kedua anak tersebut juga mengalami kekurangan protein berat, sehingga harus segera dipenuhi proteinnya.
Secara medis, katanya, perawatan butuh waktu dua sampai tiga bulan, karena harus melewati proses stabilisasi, transisi, dan rehabilitasi.

Kedua anak tersebu masuk rumah sakit sejak tiga hari lalu, dan kini masih dalam tahap stabilisasi.
Menurut Robert, ibu kedua anak tersebut tidak punya uang untuk berobat, sementara jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) tidak diurus.

Kini pihak rumah sakit mencari obat untuk memenuhi protein tanpa melalui program Jamkesda maupun Jamkesmas, melainkan diurus langsung oleh rumah sakit.
Robert mengemukakan, berdasarkan hasil rontgen memperlihatkan kedua anak tersebut setiap hari makan pasir karena diduga kuat mereka kekurangan makanan.
"Sampai dirawat, dia makan nasi lahap sekali," katanya.

Menurut Robert, dalam hal itu ada kelainan psikologis anak yang disebutnya Pica atau memiliki tabiat di luar kebiasaan orang lain pada umumnya.
Menanggapi gizi buruk kedua anak itu, ia menilai, bisa fatal bila disertai dengan penyakit penyerta, dan pengaruh terhadap mental keduanya di masa mendatang.

Direktur RSUD Pariaman, Dr Lyla Yanwar, mengatakan bahwa pembiyaan perawatan, pengobatan, dan pembiyaan lain Rio dan Rizki ditanggung sepenuhnya oleh RSUD dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Padangpariaman, meskipun tidak ada Jamkesmas atau Jamkesda,.
"Bagaimanapun caranya, kedua anak tersebut dirawat dan ditanggulangi dengan baik," katanya menambahkan. (*) Padangpariaman (ANTARA News)
Editor: Priyambodo RH

0 komentar:

Posting Komentar